Selasa, 14 Agustus 2012


            Panorama Alam Kotabaru
Memukau dan Memanjakan Mata

Kalimantan Selatan sebagai sebuah provinsi memiliki kekayaan alam yang luar biasa banyak, sehingga menjadi incaran sejumlah orang. Kekayaan yang dimiliki Kalsel tidak hanya barang tambang atau hasil hutan yang kini sudah habis, tetapi juga tempat wisata.
Tempat wisata di Bumi Antasari ini tersebar di seluruh kota dan kabupatennya, berupa  objek wisata alam, religi, budaya, dan buatan tangan manusia. Di Banjarmasin –ibu kota Kalimantan Selatan-- misalnya, sejak dulu dikenal dengan wisata sungainya. Kota ini dibelah oleh sungai Martapura, yang menjadi perbatasan kecamatan. Sebelum Kota Banjarmasin dibagi lima kecamatan seperti sekarang, Sungai Martapura menjadi batas empat kecamatan, yaitu Kecamatan Banjar Timur dengan Banjar Utara dan Banjar Selatan dengan Banjar Barat.
Di sini kita akan mengunjungi objek wisata di daerah paling selatan Kalsel, yakni Kotabaru yang terletak di Pulau Laut. Sebelum pemekaran, Tanahbumbu masih berada di wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru. Kini Kotabaru terdiri atas Pulau Laut, beberapa pulau kecil di Laut Jawa dan Selat Makasar serta sedikit daratan Pulau Kalimantan yang dibagi dalam 20 wilayah kecamatan.
Melihat letak geografis Kotabaru yang demikian dapat dipastikan kabupaten ‘Gunung Bamega’ tersebut memiliki pesona alam yang sangat indah dan menantang untuk memanjakan mata dan pikiran.
Menuju Kotabaru ibu kota Kabupaten Kotabaru tidak sulit. Dari Banjarmasin bisa ditempuh lewat jalan darat sekitar 350 kilometer, atau sekitar 30 menit menggunakan pesawat terbang. Kalau ditempuh melalui udara, sudah pasti kita tidak bisa menikmati sensasi di kapal penyeberangan dari Batulicin ke Tanjung Serdang selama sekitar satu jam. Dari dalam kapal penyeberangan yang diberangkatkan tiap satu jam itu, kita dapat menikmati keindahan Selat Laut yang memisahkan Pulau Laut dengan Pulau Kalimantan.
Kabupaten Kotabaru memiliki banyak tempat wisata seperti wisata alam, religi dan budaya. Bupati yang tiap lima tahun berganti, terus membenahi wilayah penghasil ikan dan hasil bumi itu. Tidak ketinggalan objek wisatanya, yang terus dilestarikan dipoles agar tetap asri.
Objek wisata yang paling banyak mendapat kunjungan wisatawan baik dari penduduk setempat maupun dari daerah lain khususnya dari Kalsel adalah Siring Laut dan Pantai Gedambaan yang dikenal dengan nama Sarang Tiung. Kenapa? Karena Siring Laut terletak di dalam kota Kotabaru di depan kantor bupati dan merupakan alun-alun kotabaru, dan persis di tepi Selat Laut. Di sini kita bisa melihat kapal besar dan kecil yang hilir mudik di selat itu, atau kapal penyeberangan yang membawa penumpang juga kendaraan bermotor –mobil dan sepeda motor—menuju Makassar di Sulawesi.
Biasanya pada pagi atau siang, ‘alun-alun’ Siring Laut dipergunakan untuk kegiatan resmi pemerintahan. Juga sering digunakan sebagai tempat hiburan atau pertunjukan seni dan keagamaan, yakni menjadi arena/panggung MTQ Nasional Tingkal Provinsi Kalsel beberapa tahun lalu. Saat pergantian tahun pada 31 Desember 2011-1 Januari 2012 lalu, Norman Kamaru artis dadakan youtube mantan anggota Polri berpangkat briptu, turut menghibur warga Kotabaru dan sekitarnya. Mungkin itu adalah pertunjukkannya yang terakhir, karena sejak itu namanya menghilang dari belantikan musik/hiburan tanah air.
            Kembali ke Kotabaru. Pada sore sampai malam hari, Siring Laut menjadi tempat rekreasi. Didukung fasilitas seperti kafe tenda yang menyediakan berbagai makanan dan minuman, juga ada arena bermain untuk anak-anak.Menjelang senja, keindahan langit Siring Laut sangat memukau. Awan senja yang berarakan seolah mengantarkan matahari yang berwarna merah ke tempat peraduannya di ufuk barat. Diiring sepoi angin laut bertiup lembut, menambah indahnya alam ciptaan Yang Maha Kuasa.
            Fenomena alam seperti itu yang ‘dikejar’ oleh wisatawan mancanegara di Tanah Lot, Bali. Kalau cuaca mendung atau hujan turun membasahi bumi, maka suasana matahari tengelam –sunset— tidak bakal mereka dapatkan.
            Selanjutnya, kenapa Sarang Tiung? Karena, untuk mencapainya juga cukup mudah hanya sekitar 15 kilometer dati pusat kota Kotabaru. Kalau tak punya kendaraan sendiri, bisa menyewa atau mencarter kendaraan angkutan umum. Pantai ini memiliki pasir putih bersih, dan karena pantainya landai pengunjung dapat berenang sepuasnya apabila air laut pasang naik. Sambil berenang pengunjung dapat mencari kerang yang ‘membenamkan’ diri pasir. Sungguh menjadi sebuah kenikmatan tersendiri dalam mensyukuri alam ciptaan Nya.
            Di objek wisata di Sarang Tiung yang termasuk dalam pemerindahan desa sarang Tiung ini, dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk pengunjung. Di antaranya kolam renang untuk semua usia, Juga ada pondok wisata lengkap dengan tempat tidur dan kamar mandi untuk wisatawan yang ingin menginap sambil menikmati keindahan pantai Sarang Tiung di malam hari.
            Untuk makan dan minum, jangan khawatir. Di kawasan wisata itu dibangun beberapa tempat makan di atas kolam pemancingan, Pengunjung dapat memancing ikan di kolam itu, sementara si pengelola tempat makan memasak nasi dan sayuran dan makan lain. Ikan hasil pancingan dapat dibawa pulang, tentu dengan membayar harganya terlebih dahulu yang dihitung per kilogram. Ikan yang bisa dipancing di kolam itu adalah mas dan nila.
            Sebelum sampai di Pantai Gedambaan/Sarang Tiung, pengunjung melewati sebuah tanjung yang diberi nama Ketapang –Tanjung Ketapang juga masih berada di dalam Desa Sarang Tiung. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Tajung ini memang cukup terjal tetapi keterjalannya itu menambah keindahan kawasan itu. Di tempat ini dibangun sebuah vila dan pondok wisata, dilengkapi dengan kafe lesehan yang menghadap ke laut. Sangat sayang apabila Tanjung Ketapang ini dilewatkan kalau pengunjung yang ingin melepas lelah di Pantai Gedambaam Sarang Tiung.        
            Mahmud Dimyati, tokoh masyarakat Kotabaru, saat ditemui di Kotabaru beberapa waktu lalu menuturkan, semua bupati yang memerintah bumi ‘Gunung Bamega’ itu tidak pernah melupakan pembangunan tempat wisata di daerah itu. Bahkan, sebuah air terjun yang baru ‘ditemukan’ di Desa Sebelimbingan, langsung dibenahi oleh pemerintah daerah.
            Sebenarnya air terjun berlapis dua itu menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat Desa Sebelimbingan, sekitar 14 kilometer dari pusat kota. Melihat keindahan alamnya yang benar-benar memukau, pemda setempat langsung membenahinya.
            Menurut Mahmud, di tempat itu didirikan beberapa pondok wisata. Juga jembatan kecil yang menghubungkan bukit satu ke bukit lain di kawasan itu. Air dari luncuran air terjun dikumpukan dalam sebuah bendungan, yang juga berfungsi sebagai kolam renang. Menuju kawasan air terjun itu dibuatkan tangga.
            Dua air terjun yang berada di atas dan di bawah itu, makan kawasan wisata tersebut diberi nama Air Terjun Tumpang Dua. Kawasan wisata ini sangat indah dengan air pegunungan yang sejuk, dikelilingi oleh pepohonan yang menambah asri lingkunagan tersebut. Bagi pengunjung yang muslim dan ingin salat, disediakan sebuah musala di kaki bukit di tempat itu. Juga disediakan sejumlah kedai makan dan minum yang dikelola oleh masyarakat setempat, juga taman tirta dengan aneka tanaman hias. Kamar mandi dan kamar kecil pun dibangun beberapa buah di tempat itu, sehingga memudahkan pengunjung yang bersantai dan menikmati keindahan alam di kawasan tersebut.

Porak Poranda
            Namun sayang kawasan Air Terjun Tumpang Dua yang memesona tersebut hancur berantakan diterjang banjir bandang. Meski air terjun tumpang duanya tetap ada, tetapi fasilitas untuk pengunjung yang dibangun oleh pemda setempat porak poranda. Yang tersisa hanya rentuhan kolam tirta, satu pondok wisata dan pecahan semen dari beberapa pos tanaman hias yang. Selain itu, kamar mandi dan kamar kecil serta kamar tempat berganti pakaian masih bagus tapi sayang kelihatan tidak terawat. Tempat parkir yang cukup luas untuk kendaraan bermotor roda dua dan empat masih bagus, karena letaknya di ketinggian.
            Meski demikian, masih ada warga yang mengunjungi tempat wisata Air Terjun Tumpang Dua tersebut. Auliya, misalnya. Dia bersama ibu dan tantenya berwisata ke tempat itu, di saat Auliya libur sekolah. Dengan bermodal Rp 5.000 rupiah, dia bisa menggunakan ban yang disediakan warga untuk berenang di bekas kolam tirta yang airnya lumayan jernih itu.
            Pengunjung lainnya adalah Lutfi murid salah satu sekolah menengah pertama di Pelaihari. Mengisi libur sekolah dia pergi ke Kotabaru menginap di rumah saudara orangtuanya. Dia pun dibawa oleh sepupu dan keluarganya itu bersantai di Air Terjun Tumpang Dua. Mereka mandi sepuasnya dan bergembira ria di reruntuhan kolam tirta bersama anak-anak lain.
Mereka juga menggunakan pelampung. Di tempat itu beberapa warga menyewakan ban bekas sebagai pelampung, dengan harga Rp 5.000 ukuran kecil dan Rp 10.000 untuk yang besar. Namun jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 20 buah. Pada hari libur, pengunjung terpaksa antre menyewa pelampung tersebut. Selain bermain air sambil mandi di bekas kolam tirta, beberapa anak lain bersama orangtuanya dan sejumlah remaja baik bersama teman-temannya atau berpacaran bermain di dua air terjun tersebut.
Memang sejak diresmikan, kata beberapa pengelola kedai makanan dan minuman di situ, objek wisata Air Terjun Tumpang Dua cukup ramai karena banyak pengunjungnya. Apalagi pada hari libur. Tidak kalah dengan pantai Gedambaan Sarang Tiung dan Siring Laut, pengunjungnya cukup banyak. Namun sejak diterjang banjir bandang yang memorakporandakan hampir semua fasilitas yang disediakan, pengunjung datang pada hari libur.
Untuk mencapai tempat wisata tersebut tidak sulit, selain bisa menggunakan kendaraan pribadi juga bisa mencarter angkutan umum. Ke tempat wisata Air Terjun Tumpang Dua yang berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat kota, tariff carteran kendaraan angkutan umum antara Rp125.000 –Rp 150.000.
            Pulau Laut memang memiliki kekayaan dan keindahaan alam yang luar. Selain Pantai Gedambaan sarang Tiung, Siring Laut dan Air Terjun Tumpang Dua, masih banyak objek wisata yang sangat menarik dan memesona. Di antaranya wisata religi seperti Makam Ratu Intan di tepi Sungai Bakau di Kecamatan Pamukan Utara, sekitar 263 kilometer dari Kotabaru. Atau Makam Pangeran Agung di Bangkalaan Melayu, batu Ganting kecamatan Kelumpang Hulu sekitar 90 kilometer dari Kotabaru.
            Wisata budayanya juga banyak berupa upacara adat seperti Mappanretasi Pulau Sembilan, Mappandoesasi di Desa Sungai Bulan Kecamatan Pulau Laut Selatan, grebek Suran tiap 10 Muharram yang dilaksanakan oleh orang Jawa yang bermukim di Desa Sebelimbingan, Megasari dan Gunungsari. Biasanya upacara adapt Grebek Suran tersebut dilaksanakan di areal objek wisata Air Terjun Tumpang Dua. (dahlia)

Tidak ada komentar: