Panorama
Alam Kotabaru
Memukau dan Memanjakan Mata
Kalimantan Selatan sebagai sebuah
provinsi memiliki kekayaan alam yang luar biasa banyak, sehingga menjadi
incaran sejumlah orang. Kekayaan yang dimiliki Kalsel tidak hanya barang
tambang atau hasil hutan yang kini sudah habis, tetapi juga tempat wisata.
Tempat wisata di
Bumi Antasari ini tersebar di seluruh kota dan kabupatennya, berupa objek wisata alam, religi, budaya, dan buatan
tangan manusia. Di Banjarmasin –ibu kota Kalimantan Selatan-- misalnya, sejak
dulu dikenal dengan wisata sungainya. Kota ini dibelah oleh sungai Martapura,
yang menjadi perbatasan kecamatan. Sebelum Kota Banjarmasin dibagi lima
kecamatan seperti sekarang, Sungai Martapura menjadi batas empat kecamatan,
yaitu Kecamatan Banjar Timur dengan Banjar Utara dan Banjar Selatan dengan
Banjar Barat.
Di sini kita
akan mengunjungi objek wisata di daerah paling selatan Kalsel, yakni Kotabaru
yang terletak di Pulau Laut. Sebelum pemekaran, Tanahbumbu masih berada di
wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru. Kini Kotabaru terdiri atas Pulau Laut,
beberapa pulau kecil di Laut Jawa dan Selat Makasar serta sedikit daratan Pulau
Kalimantan yang dibagi dalam 20 wilayah kecamatan.
Melihat letak
geografis Kotabaru yang demikian dapat dipastikan kabupaten ‘Gunung Bamega’
tersebut memiliki pesona alam yang sangat indah dan menantang untuk memanjakan
mata dan pikiran.
Menuju Kotabaru
ibu kota Kabupaten Kotabaru tidak sulit. Dari Banjarmasin bisa ditempuh lewat
jalan darat sekitar 350 kilometer, atau sekitar 30 menit menggunakan pesawat
terbang. Kalau ditempuh melalui udara, sudah pasti kita tidak bisa menikmati
sensasi di kapal penyeberangan dari Batulicin ke Tanjung Serdang selama sekitar
satu jam. Dari dalam kapal penyeberangan yang diberangkatkan tiap satu jam itu,
kita dapat menikmati keindahan Selat Laut yang memisahkan Pulau Laut dengan
Pulau Kalimantan.
Kabupaten
Kotabaru memiliki banyak tempat wisata seperti wisata alam, religi dan budaya.
Bupati yang tiap lima tahun berganti, terus membenahi wilayah penghasil ikan
dan hasil bumi itu. Tidak ketinggalan objek wisatanya, yang terus dilestarikan
dipoles agar tetap asri.
Objek wisata
yang paling banyak mendapat kunjungan wisatawan baik dari penduduk setempat
maupun dari daerah lain khususnya dari Kalsel adalah Siring Laut dan Pantai
Gedambaan yang dikenal dengan nama Sarang Tiung. Kenapa? Karena Siring Laut
terletak di dalam kota Kotabaru di depan kantor bupati dan merupakan alun-alun
kotabaru, dan persis di tepi Selat Laut. Di sini kita bisa melihat kapal besar
dan kecil yang hilir mudik di selat itu, atau kapal penyeberangan yang membawa
penumpang juga kendaraan bermotor –mobil dan sepeda motor—menuju Makassar di Sulawesi.
Biasanya pada
pagi atau siang, ‘alun-alun’ Siring Laut dipergunakan untuk kegiatan resmi
pemerintahan. Juga sering digunakan sebagai tempat hiburan atau pertunjukan
seni dan keagamaan, yakni menjadi arena/panggung MTQ Nasional Tingkal Provinsi
Kalsel beberapa tahun lalu. Saat pergantian tahun pada 31 Desember 2011-1
Januari 2012 lalu, Norman Kamaru artis dadakan youtube mantan anggota
Polri berpangkat briptu, turut menghibur warga Kotabaru dan sekitarnya. Mungkin
itu adalah pertunjukkannya yang terakhir, karena sejak itu namanya menghilang
dari belantikan musik/hiburan tanah air.
Kembali
ke Kotabaru. Pada sore sampai malam hari, Siring Laut menjadi tempat rekreasi.
Didukung fasilitas seperti kafe tenda yang menyediakan berbagai makanan dan
minuman, juga ada arena bermain untuk anak-anak.Menjelang senja, keindahan
langit Siring Laut sangat memukau. Awan senja yang berarakan seolah
mengantarkan matahari yang berwarna merah ke tempat peraduannya di ufuk barat.
Diiring sepoi angin laut bertiup lembut, menambah indahnya alam ciptaan Yang
Maha Kuasa.
Fenomena
alam seperti itu yang ‘dikejar’ oleh wisatawan mancanegara di Tanah Lot, Bali.
Kalau cuaca mendung atau hujan turun membasahi bumi, maka suasana matahari tengelam
–sunset— tidak bakal mereka dapatkan.
Selanjutnya,
kenapa Sarang Tiung? Karena, untuk mencapainya juga cukup mudah hanya sekitar 15
kilometer dati pusat kota Kotabaru. Kalau tak punya kendaraan sendiri, bisa
menyewa atau mencarter kendaraan angkutan umum. Pantai ini memiliki pasir putih
bersih, dan karena pantainya landai pengunjung dapat berenang sepuasnya apabila
air laut pasang naik. Sambil berenang pengunjung dapat mencari kerang yang
‘membenamkan’ diri pasir. Sungguh menjadi sebuah kenikmatan tersendiri dalam
mensyukuri alam ciptaan Nya.
Di
objek wisata di Sarang Tiung yang termasuk dalam pemerindahan desa sarang Tiung
ini, dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk pengunjung. Di antaranya kolam
renang untuk semua usia, Juga ada pondok wisata lengkap dengan tempat tidur dan
kamar mandi untuk wisatawan yang ingin menginap sambil menikmati keindahan
pantai Sarang Tiung di malam hari.
Untuk
makan dan minum, jangan khawatir. Di kawasan wisata itu dibangun beberapa
tempat makan di atas kolam pemancingan, Pengunjung dapat memancing ikan di
kolam itu, sementara si pengelola tempat makan memasak nasi dan sayuran dan
makan lain. Ikan hasil pancingan dapat dibawa pulang, tentu dengan membayar
harganya terlebih dahulu yang dihitung per kilogram. Ikan yang bisa dipancing
di kolam itu adalah mas dan nila.
Sebelum
sampai di Pantai Gedambaan/Sarang Tiung, pengunjung melewati sebuah tanjung
yang diberi nama Ketapang –Tanjung Ketapang juga masih berada di dalam Desa
Sarang Tiung. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Tajung ini memang
cukup terjal tetapi keterjalannya itu menambah keindahan kawasan itu. Di tempat
ini dibangun sebuah vila dan pondok wisata, dilengkapi dengan kafe lesehan yang
menghadap ke laut. Sangat sayang apabila Tanjung Ketapang ini dilewatkan kalau
pengunjung yang ingin melepas lelah di Pantai Gedambaam Sarang Tiung.
Mahmud
Dimyati, tokoh masyarakat Kotabaru, saat ditemui di Kotabaru beberapa waktu
lalu menuturkan, semua bupati yang memerintah bumi ‘Gunung Bamega’ itu tidak
pernah melupakan pembangunan tempat wisata di daerah itu. Bahkan, sebuah air
terjun yang baru ‘ditemukan’ di Desa Sebelimbingan, langsung dibenahi oleh
pemerintah daerah.
Sebenarnya
air terjun berlapis dua itu menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat Desa
Sebelimbingan, sekitar 14 kilometer dari pusat kota. Melihat keindahan alamnya
yang benar-benar memukau, pemda setempat langsung membenahinya.
Menurut
Mahmud, di tempat itu didirikan beberapa pondok wisata. Juga jembatan kecil
yang menghubungkan bukit satu ke bukit lain di kawasan itu. Air dari luncuran
air terjun dikumpukan dalam sebuah bendungan, yang juga berfungsi sebagai kolam
renang. Menuju kawasan air terjun itu dibuatkan tangga.
Dua
air terjun yang berada di atas dan di bawah itu, makan kawasan wisata tersebut
diberi nama Air Terjun Tumpang Dua. Kawasan wisata ini sangat indah dengan air
pegunungan yang sejuk, dikelilingi oleh pepohonan yang menambah asri
lingkunagan tersebut. Bagi pengunjung yang muslim dan ingin salat, disediakan
sebuah musala di kaki bukit di tempat itu. Juga disediakan sejumlah kedai makan
dan minum yang dikelola oleh masyarakat setempat, juga taman tirta dengan aneka
tanaman hias. Kamar mandi dan kamar kecil pun dibangun beberapa buah di tempat
itu, sehingga memudahkan pengunjung yang bersantai dan menikmati keindahan alam
di kawasan tersebut.
Porak Poranda
Namun
sayang kawasan Air Terjun Tumpang Dua yang memesona tersebut hancur berantakan
diterjang banjir bandang. Meski air terjun tumpang duanya tetap ada, tetapi
fasilitas untuk pengunjung yang dibangun oleh pemda setempat porak poranda.
Yang tersisa hanya rentuhan kolam tirta, satu pondok wisata dan pecahan semen
dari beberapa pos tanaman hias yang. Selain itu, kamar mandi dan kamar kecil
serta kamar tempat berganti pakaian masih bagus tapi sayang kelihatan tidak
terawat. Tempat parkir yang cukup luas untuk kendaraan bermotor roda dua dan empat
masih bagus, karena letaknya di ketinggian.
Meski
demikian, masih ada warga yang mengunjungi tempat wisata Air Terjun Tumpang Dua
tersebut. Auliya, misalnya. Dia bersama ibu dan tantenya berwisata ke tempat
itu, di saat Auliya libur sekolah. Dengan bermodal Rp 5.000 rupiah, dia bisa
menggunakan ban yang disediakan warga untuk berenang di bekas kolam tirta yang
airnya lumayan jernih itu.
Pengunjung
lainnya adalah Lutfi murid salah satu sekolah menengah pertama di Pelaihari.
Mengisi libur sekolah dia pergi ke Kotabaru menginap di rumah saudara
orangtuanya. Dia pun dibawa oleh sepupu dan keluarganya itu bersantai di Air
Terjun Tumpang Dua. Mereka mandi sepuasnya dan bergembira ria di reruntuhan
kolam tirta bersama anak-anak lain.
Mereka juga
menggunakan pelampung. Di tempat itu beberapa warga menyewakan ban bekas
sebagai pelampung, dengan harga Rp 5.000 ukuran kecil dan Rp 10.000 untuk yang
besar. Namun jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 20 buah. Pada hari libur,
pengunjung terpaksa antre menyewa pelampung tersebut. Selain bermain air sambil
mandi di bekas kolam tirta, beberapa anak lain bersama orangtuanya dan sejumlah
remaja baik bersama teman-temannya atau berpacaran bermain di dua air terjun
tersebut.
Memang sejak
diresmikan, kata beberapa pengelola kedai makanan dan minuman di situ, objek
wisata Air Terjun Tumpang Dua cukup ramai karena banyak pengunjungnya. Apalagi
pada hari libur. Tidak kalah dengan pantai Gedambaan Sarang Tiung dan Siring
Laut, pengunjungnya cukup banyak. Namun sejak diterjang banjir bandang yang
memorakporandakan hampir semua fasilitas yang disediakan, pengunjung datang
pada hari libur.
Untuk mencapai
tempat wisata tersebut tidak sulit, selain bisa menggunakan kendaraan pribadi
juga bisa mencarter angkutan umum. Ke tempat wisata Air Terjun Tumpang Dua yang
berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat kota, tariff carteran kendaraan
angkutan umum antara Rp125.000 –Rp 150.000.
Pulau
Laut memang memiliki kekayaan dan keindahaan alam yang luar. Selain Pantai
Gedambaan sarang Tiung, Siring Laut dan Air Terjun Tumpang Dua, masih banyak
objek wisata yang sangat menarik dan memesona. Di antaranya wisata religi seperti
Makam Ratu Intan di tepi Sungai Bakau di Kecamatan Pamukan Utara, sekitar 263
kilometer dari Kotabaru. Atau Makam Pangeran Agung di Bangkalaan Melayu, batu
Ganting kecamatan Kelumpang Hulu sekitar 90 kilometer dari Kotabaru.
Wisata
budayanya juga banyak berupa upacara adat seperti Mappanretasi Pulau Sembilan,
Mappandoesasi di Desa Sungai Bulan Kecamatan Pulau Laut Selatan, grebek Suran
tiap 10 Muharram yang dilaksanakan oleh orang Jawa yang bermukim di Desa
Sebelimbingan, Megasari dan Gunungsari. Biasanya upacara adapt Grebek Suran
tersebut dilaksanakan di areal objek wisata Air Terjun Tumpang Dua. (dahlia)
Selengkapnya...